Selamat Datang di Era Floppy Disk!

Randy Ira
2 min read3 days ago

--

Ah, di sini kita lagi-lagi menyaksikan kegemilangan negara kita tercinta, Indonesia. Apakah kita patut berbangga hati atau bertepuk tangan? Mungkin kita sebaiknya mengucapkan terima kasih kepada para boomer gaptek yang dengan gigih dan pantang menyerah mengelola Pusat Data Nasional. Kebocoran data nasional yang kita alami ini adalah sebuah prestasi monumental, sebuah keajaiban teknologi yang hanya bisa terjadi di negeri yang tak pernah bosan menelan pil pahit ketidakmampuan.

Coba bayangkan, Pusat Data Nasional ini adalah benteng terakhir kita, pelindung data penting negara dari serbuan dunia maya yang semakin ganas. Namun, sayangnya, benteng ini dijaga oleh para boomer yang tampaknya masih mengira bahwa floppy disk adalah puncak dari revolusi digital. Mereka ini orang-orang yang lebih akrab dengan mesin tik daripada dengan enkripsi data. Ketika dunia sudah berbicara tentang kecerdasan buatan dan blockchain, para pengelola data kita mungkin masih berjuang mengerti cara mengirim email tanpa menyertakan seluruh kontak di CC.

Photo by Onur Buz on Unsplash

Sekarang, mari kita telaah lebih dalam. Kebocoran data ini bukan hanya sekadar kebocoran. Ini adalah banjir bandang yang membawa semua informasi penting kita ke tangan-tangan tak bertanggung jawab. Data pribadi, data kesehatan, data keuangan, semuanya terhampar di dunia maya, bebas diakses oleh siapa saja yang punya niat buruk. Ini seperti membuka pintu rumah lebar-lebar dan menaruh papan bertuliskan “Silakan Mencuri, Kami Tak Peduli”.

Tentu saja, kita bisa menuduh para hacker sebagai biang keroknya. Tapi, sejujurnya, para boomer ini telah menyiapkan panggung yang sempurna bagi mereka. Dengan sistem keamanan yang kuno dan tidak memadai, serta pemahaman yang minim tentang ancaman siber modern, para boomer ini secara tidak langsung mengundang para penjahat dunia maya untuk berpesta pora dengan data kita.

Ironisnya, ketika kejadian ini terungkap, apa yang kita dengar dari para pengelola ini? Alasan-alasan klise yang selalu sama. “Kami sedang menyelidiki”, “Ini ulah pihak yang tidak bertanggung jawab”, atau yang paling favorit, “Ini adalah serangan yang sangat canggih”. Padahal, jika mereka punya sedikit saja pengetahuan tentang keamanan siber, mereka akan tahu bahwa serangan ini bisa dicegah dengan langkah-langkah dasar yang seharusnya sudah menjadi standar di era digital ini.

Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari semua ini? Mungkin sudah saatnya kita berhenti menaruh nasib data kita di tangan para boomer gaptek. Kita membutuhkan pengelola data yang paham teknologi, yang hidup dan bernafas dalam dunia digital, bukan mereka yang masih terjebak di era analog. Karena jika tidak, kita akan terus menyaksikan kebocoran demi kebocoran, sementara data kita terus melayang bebas tanpa arah.

Sarkastis? Tentu saja. Tapi, sayangnya, inilah kenyataan pahit yang harus kita hadapi. Selamat datang di Indonesia, tempat di mana data nasional bisa bocor kapan saja, berkat pengelolaan yang tidak lebih maju dari mesin tik. Terima kasih, para boomer gaptek, kalian telah memberikan kita pelajaran berharga tentang betapa pentingnya era digital.

--

--

Randy Ira

Melankolis yang terlahir di pagi hari, dan mempunyai senyuman seindah pagi. Panggil saya Randi, Ira hanya ada dalam kepingan puisi.